Kata-Kata Mutiara Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya

Kata-Kata Mutiara Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya - Novel ini dapat dibaca sebagai bentuk Pasca-Kolonial. Dalam cerita ini dituliskan tentang usaha dalam mencari penyimpangan yang terjadi dalam penulisan sejarah Revolusi indonesia. Dilansir dari Goodreads.com berikut ini Kata-Kata Mutiara Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B Mangunwijaya :



“Tanah air ada disana, dimana ada cinta dan kedekatan hati, dimana tidak ada manusia menginjak manusia lain.” 
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

“Perang tidak bisa dimenangkan dengan emosi. Tetapi perhitungan yang dingin.”
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

“Lama aku memandang ke semburan-semburan lidah api yang meleleh ke bawah itu. Elok, ya, indah. Banyak yang kejam keji tampak indah dari kejauhan.” 
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

“Apakah aku sudah keterlaluan menjauhkan diri dari bangsaku? Apakah alasanku benar alasan jujur ataukah dalih menjauhkan diri dari bangsa yang masih hidup di dalam alam masa agrarian kuno ini? Yang masih primitif mendekati flora dan fauna rimba belantara? Itulah penderitaan jiwaku.”
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

“Tanah air adalah dimana tidak ada kekejaman antara orang dengan orang. Kalau adat atau kebiasaan suatu nasion kejam, kukira lebih baik jangan punya tanah air saja.” 
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

“Ah, mengapa ada manusia kalah? Bolehkah tanpa berkhayal hampa kita mendambakan suatu dunia sesudah perang kemerdekaan ini, yang menghapus dua kata "kalah dan menang" itu dari kamus hati dan sikap kita?
Mungkinkah kalah dan menang itu diganti oleh satu konsep saja, unsur-unsur harmoni, kendati tempatnya bertentangan?”
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

“Yang mereka prihatinkan bukan soal keberhasilan meraih angka di sekolah. Tetapi soal...ya, apalagi selain ini: calon jodoh. Anak lelaki pandai itulah ideal. Tetapi gadis yang pandai?” 
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

“Aku, lelaki KNIL yang sekasar ddan sehebat itu di muka kompiku, aku tidak tahan merasakan penderitaan ditinggal oleh seorang ibu dan seorang adik perempuan. Keduanya kaum yang rapuh, tetapi entah begitu kuasa justru mereka itu karena kerapuhan mereka. Aku teringat Mayoor Verbruggen, yang pernah berantakan mengalami penderitaan kekasih diambil orang lain. Sampai ia jadi bajingan, menurut katanya sendiri. Apakah aku akan menerima balasan karma dan menjadi bajingan juga?”
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

“Aku terlambat. Dan bagi seorang berjiwa militer terlambat tidak sama artinya dengan pegawai kantor yang datang terlambat. Bagi orang-orang seperti aku ini, terlambat berarti lebih dulu terkena peluru, mampus.” 
― Y.B. Mangunwijaya,  Kata-Kata Mutiara Burung-Burung Manyar

Demikian Kata-Kata Mutiara Novel Burung-Burung Manyar. Nantikan Terus kata-kata Mutiara keren lainnya hanya di Blog Kata-Kata Mutiara Lintang Empat Lawang.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kata-Kata Mutiara Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya"

Post a Comment

Tolong berkomentar sesuai kata-kata mutiara di atas, jangan melakukan spam. Terima kasih..