Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar

Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar - Setelah barusan admin memposting Kata-Kata Mutiara daud antonius sekarang admin memposting Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar.

Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar
Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar
"Alhamdulillah, bendera Republik telah berkibar. Kalau pun diturunkan lagi, ini harus melalui mayat dari tujuh puluh dua juta bangsaku. Apa pun yang terjadi, kami tak akan melupakan semboyan revolusi: Sekali Merdeka Tetap Merdeka!"

Demikian kata Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, sesaat setelah Proklamasi.

Tapi tahukah anda, kenapa warna merah dan putih yang dipilih sebagai bendera Indonesia?

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, memberikan jawaban. Menurut Soekarno warna merah dan putih sangat kental dengan makna filosofis yang dikenal rakyat Nusantara sejak ribuan tahun lalu.

"Warna-warna itu tidak begitu saja diputuskan untuk Revolusi. Warna-warna itu berasal dari awal penciptaan manusia. Darah seorang wanita berwarna merah. Sperma seorang laki-laki putih. Matahari berwarna merah. Bulan berwarna putih," kata Soekarno seperti ditulis Cindy Adams dalam biografi Soekarno, Penyambung Lidah Rakyat.

Menurut Soekarno tanah di Nusantara berwarna merah, sementara getah tumbuhan berwarna putih. Orang Jawa sudah menyajikan bubur merah putih selama ratusan tahun.

"Merah adalah lambang keberanian, Putih adalah lambang kesucian. Bendera kami sudah ada sejak 6.000 tahun lalu," lanjut Soekarno.

Di awal kemerdekaan, Soekarno mengaku memerintahkan agar membuat 10 juta bendera merah putih dari kertas dan disebarkan ke seluruh pelosok Indonesia paling terpencil. Hal itu membuat rakyat bangga dan merasa ikut dalam perjuangan.

Merdeka!

(merdeka.com)

BERIKUT Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar

1. “Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain.” 
― Pramoedya Ananta Toer, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels

2. “Indonesia ini memang negeri yang unik, penuh dengan hal-hal yang seram serius, tetapi penuh dagelan dan badutan juga. Mengerikan tapi lucu, dilarang justru dicari dan amat laku, dianjurkan, disuruh tetapi malah diboikot, kalah tetapi justru menjadi amat populer dan menjadi pahlawan khalayak ramai, berjaya tetapi keok celaka, fanatik anti PKI tetapi berbuat persis PKI, terpeleset tetapi dicemburui, aman tertib tetapi kacau balau, ngawur tetapi justru disenangi, sungguh misterius tetapi gamblang bagi semua orang. Membuat orang yang sudah banyak makan garam seperti saya ini geleng-geleng kepala tetapi sekaligus kalbu hati cekikikan. Entahlah, saya tidak tahu. Gelap memprihatinkan tetapi mengandung harapan fajar menyingsing......(menyanyi) itulah Indonesia. Menulis kolooom selesai.
["Fenomena PRD dll,"].” 
― Y.B. Mangunwijaya, Politik Hati Nurani

3. “sebab mencintai tanah air, nak, adalah merasa jadi bagian dari sebuah negeri, merasa terpaut dengan sebuah komunitas, merasa bahwa diri, identitas, nasib, terajut rapat, dengan sesuatu yang disebut Indonesia, atau Jepang, atau Amerika. Mencintai sebuah tanah air adalah merasakan, mungkin menyadari, bahwa tak ada negeri lain, tak ada bangsa lain, selain dari yang satu itu, yang bisa sebegitu rupa menggerakkan hati untuk hidup, bekerja dan terutama untuk mati..” 
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 4

4. “Kalau suatu negara seperti Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan. (Pendahuluan - Melihat ke muka page 35-36)” 
― Tan Malaka, Madilog

5. “Merah putih masih merayap gelisah
mencari Hatta dalam jiwa dua ratus juta kita.” 
― Abdurahman Faiz, Nadya: Kisah dari Negeri yang Menggigil

6. “Saya masih berpendapat bahwa Multatuli besar jasanya kepada bangsa Indonesia, karena dialah yang menyadarkan bangsa Indonesia bahwa mereka dijajah. Sebelumnya, di bawah pengaruh Jawanisme, kebanyakan orang Indonesia bahkan tidak merasa bahwa mereka dijajah.” 
― Pramoedya Ananta Toer, Saya Terbakar Amarah Sendirian!

7. “Pemilihan umum memang perlu dilihat sebagai upacara merayakan tekad tapi juga kerendahan hati: "sebuah Indonesia yang lebih baik" selamanya akan jadi sebuah janji--tapi yang selamanya layak jadi ikhtiar.” 
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 7

8. “Di Indonesia, lambang dengan mudah bisa jadi jimat, semangat bisa dengan gampang jadi takhayul.” 
― Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 5

9. “Dulu saya pikir Indonesia itu Jakarta. Pemahaman saya tentang Indonesia itu absurd.... Setelah saya keliling Indonesia, saya paham betul bahwa tidak mungkin Jakarta jadi tolok ukur untuk menggambarkan Indonesia karena sangat tidak mewakili Indonesia secara keseluruhan.” 
― Pandji Pragiwaksono, NASIONAL.IS.ME

10. “Saya sempat bertanya kepada Pak Amien (Rais). Setelah berperanan menurunkan tiga presiden dan memimpin MPR dalam era terawal reformasi, apa yang telah beliau pelajari? Jawapannya seperti biasa, ikhlas dan tidak menunjukkan keraguan. Katanya, jiwa kita telah menjadi sangat korup. Jawapan ini tidak mengejutkan saya walaupun memilukan dan tidak terbatas kepada negara Indonesia saja.” 
― Wan Mohd Nor Wan Daud, Rihlah Ilmiah: dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer

11. “Agaknya orang Indonesia paling gampang sekali melibatkan Tuhan untuk hal-hal yang mestinya bisa diselesaikan oleh Pak RT.” 
― Remy Sylado, Hotel Pro Deo

12. “Agaknya belum ada penelitian kejiwaan terhadap orang Indonesia menyangkut kesukaannya ber-Tuhan-Tuhan untuk tindakan-tindakan yang justru direstui setan.” 
― Remy Sylado, Hotel Pro Deo

13. “Tentang menciptakan perubahan untuk Indonesia, Saya percaya, bahwa Indonesia adalah kapal yang sangat besar. Untuk membelokkan kapal yang besar, kita butuh kebersamaan untuk mencipta tenaga yang besar, dalam waktu yang tidak sebentar. Memang tidak mudah. Namun, bukan berarti tidak usah.” 
― Lenang Manggala

14. “Iblis tidak berjarak dengan diri kita, dengan karakter budaya, politik dan pasar sejarah kita. Malah Tuhan yang jaraknya cenderung semakin menjauh dari kita, kecuali pas kita perlukan untuk memperoleh keuntungan atau mentopengi muka.

Akan tetapi dalam kehidupan kita Iblis bukan fakta. Ia hanya simbol. Idiom. Icon. Hanya abstraksi untuk menuding “kambing hitam”. Atau Tuhan kita perlukan untuk kapitalisasi karier, bisnis pendidikan, usaha dagang sedekah dan industri zakat, kostum religi perbankan dan bermacam-macam lagi dusta liberal penyelenggaraan kapitalisme kita.” 
― Emha Ainun Nadjib

15. “Setidaknya, Indonesia juga pernah memiliki kisah menarik di balik sejarahnya, bukan hanya bangsa barat saja yang memiliki cerita-cerita abad pertengahan ala mereka.” 
― Ayu Welirang, 7 Divisi

16. “Hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku. Ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku.” 
― Mohammad Hatta

17. “Dalam sepanjang hidupnya dia tak pernah marah-marah. Memang hatinya sering disakiti orang dan dia jengkel. Namun sampai memaki atau membentak dengan kata tak senonoh, tak pernah dia lakukan. Dia adalah seorang dokter. Golongan elit yang terhormat. Dan semua perilaku yang menjengkelkan dari orang yang dihadapinya, dipandangnya sebagai tingkah orang sakit. Apa pun macam perangai orang, dia tak pernah sampai marah. Tidak ada orang yang sehat melakukan kesalahan, pikirnya. Orang yang mencuri, merampok, berkelahi, dan bahkan membunuh, jahat, dan zalim tentulah karena sakit. Kalau bukan karena sakit, karena apa lagi orang-orang demikian? Seperti juga orang-orang sakit pada fisiknya menderita karena penyakit turunan atau karena penularan dari luar. Demikian juga penyakit mental atau jiwa seseorang. Pastilah dapat diobati kalau diagnosa dan terapinya kena, apalagi bila diobati pada saat yang dini. Demikian juga pada kejiwaan seseorang. Pandangan hidup seperti itu menyebabkan hidupnya bisa tenteram dan banyak orang menghormatinya.” 
― A.A. Navis, Bertanya Kerbau pada Pedati: Kumpulan Cerpen

18, “Indonesia yang begitu besar ini membutuhkan 'otak besar' untuk memahaminya.” 
― Muhammad Anis Matta, Gelombang Ketiga Indonesia

19. “Indonesia....
seKali langitmu tempat wajahku mengadah
sekali tanahmu menjadi tubuh yg melekati arwah
maka selamanya kita padu dalam satu

Dirgahayu indonesiaku...
walau beribu watak pewaris tahtamu
tetap satu tanah juangku
kami mencintaimu lebih lama dari selamanya” 
― firman nofeki

20. “Perbaikan kehidupan berbangsa dan berdemokrasi hanya dapat terwujud saat orang baik yang memiliki pengetahuan mengajak serta keluarga dan lingkungannya untuk terlibat dan semakin peduli terhadap tujuan itu.” 
― Toba Beta

21. “Diktator yang bergantung pada kewibawaan orang seorang tak lama umurnya. Sebab itu pula, sistem yang dilahirkan Soekarno tidak akan lebih panjang umurnya dari Soekarno sendiri. Umur manusia terbatas. Apabila Soekarno sudah tidak ada lagi, maka sistemnya akan roboh seperti rumah kartu.” 
― Mohammad Hatta

22. “Demokrasi hanya berjalan kalau disertai rasa tanggung jawab. Tidak ada demokrasi tanpa tanggung jawab. Dan, demokrasi yang melewati batasnya dan meluap menjadi anarki akan menemui ajalnya dan digantikan sementara waktu oleh diktator.” 
― Mohammad Hatta, Demokrasi Kita: Idealisme dan Realitas Serta Unsur yang memperkuatnya

23. “Yang tak berdarah mati. Yang kekurangan darah lemah. Hanya yang berlumuran darah saja perkasa. Ada adinda dengar? Perkasa! Dan hanya si lemah berkubang dalam air matanya sendiri. (Tumenggung Mandraka)” 
― Pramoedya Ananta Toer, Mangir

24. “Apa yang dikatakan persatuan (oleh Soekarno) sebenarnya tak lain dari per-sate-an. Daging kerbau, daging sapi, dan daging kambing disate jadi satu. Persatuan segala golongan ini sama artinya dengan mengorbankan asas masing-masing.” 
― Mohammad Hatta

“Dalam jangka waktu lama, Indonesia hidup dalam bayangan feodalisme. Tetap neofeodalisme Soekarno lebih jahat dan lebih ganas.”
― Mohammad Hatta

“Partai adalah alat publik untuk menyampaikan aspirasi politiknya karena itu sejauh tetap memperjuangkan kemerdekaan dan menjamin keamanan, pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai-partai itulah dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada di masyarakat.” 
― Mohammad Hatta

“Partai adalah alat publik untuk menyampaikan aspirasi politiknya karena itu sejauh tetap memperjuangkan kemerdekaan dan menjamin keamanan, pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai-partai itulah dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada di masyarakat.”
― Mohammad Hatta

“Salah besar orang yang mengatakan revolusi kita belum selesai. Revolusi adalah letusan masyarakat sekonyong-konyong yang melaksanakan Umwertung aller Werte (penilaian kembali atas semua nilai). Revolusi mengguncang lantai dan sendi; pasak dan tiang longgar semuanya. Sebab itu saat revolusi tidak dapat berlaku terlalu lama, tidak lebih dari beberapa minggu, atau beberapa bulan. Sesudah itu harus dibendung, datang masa konsolidasi untuk merealisasi hasil daripada revolusi itu. Yang belum selesai bukanlah revolusi itu, melainkan usaha menyelenggarakan cita-citanya di dalam waktu, setelah fundamen dibentangkan.” 
― Mohammad Hatta, Demokrasi Kita: Idealisme dan Realitas Serta Unsur yang memperkuatnya

“Setiap anak bangsa memiliki arti yang sama bagi bangsa dan negara. Di dalam kebangsaan sesungguhnya tak perlu ada yang namanya “mayoritas” dan “minoritas”. Mayoritas tidak perlu arogan. Minoritas tidak perlu minder. Kita semua sama.”
― Anand Krishna, Indonesia Under Attack! Membangkitkan Kembali Jati Diri Bangsa

“Rakyat melahirkan para pemimpin.

Bukan sebaliknya.

Seorang pemimpin terlebih dahulu adalah anak bangsa. Bagian dari rakyat jelata. Bila rakyat tertindas, maka kemungkinan besar pemimpin yang lahir pun menjadi penindas. Ia sudah terbiasa ditindas, maka setelah meraih kekuasaan, terlebih dahulu ia akan membalas dendam.” 
― Anand Krishna, Indonesia Under Attack! Membangkitkan Kembali Jati Diri Bangsa

“Demi kezaliman yang terjadi di Palestina, di Kashmir, di Afganistan, di Irak atau di manapun juga ... kenapa mereka rela menyengsarakan saudara-saudaranya yang sebangsa dan setanahair?
Berarti ada yang salah dengan rasa kebangsaan mereka. Mereka merasa lebih dekat dengan warga asing, dengan negara asing, ketimbang dengan saudara-saudaranya sendiri, dengan bangsa dan negaranya sendiri. Bagi mereka, padang pasir dan pohon kurma menjadi lebih penting ketimbang bumi yang subur ini.”
― Anand Krishna, Indonesia Under Attack! Membangkitkan Kembali Jati Diri Bangsa

“Seorang pemimpin terlebih dahulu mesti mengakui hak-hak sipil rakyat. Janganlah mengharap rakyat memenuhi kewajibannya terhadap negara, bila hak-hak sipilnya tidak terlindungi.” 
― Anand Krishna, Indonesia Under Attack! Membangkitkan Kembali Jati Diri Bangsa

“Rakyat yang nasionalis hendaknya belajar menghemat energi. Pemimpin dan pemerintahan yang nasionalis hendaknya memikirkan cara-cara penghematan, bukan mengeksploitas sisa sumber daya alam yang kita miliki.
Kembangkan sistem transportasi massal yang memadai, sehingga jumlah kendaraan di jalan raya berkurang. Dengan sendirinya pemakaian bahan bakar akan berkurang.
Hentikan pembangunan menara-menara perkantoran dan apartemen-apartemen tinggi di perkotaan. Biarlah penghijauan di kota-kota besar tetap terpelihara. Pembangunan di daerah-daerah terpencil lebih diperhatikan. Biarlah orang di desa mendapatkan pekerjaan di desanya sendiri. Sehingga mereka tidak perlu menambah beban metropolis. Pembangunan harus merata, harus horizontal, tidak vertikal.”
― Anand Krishna, Indonesia Under Attack! Membangkitkan Kembali Jati Diri Bangsa

“Dalam dua ribu tahun terakhir sejak kelahiran agama-agama besar di Timur itu, Bung, dunia ini telah berperang tiga ribu kali atas nama agama dan tuhan.” 
― Anand Krishna, Indonesia Under Attack! Membangkitkan Kembali Jati Diri Bangsa

“Indonesia has vast region with so many islands, comprises so many ethnics, tongues and cultures that make it so hard to be recognized as a single nation.
However, we do recognize it as "Bhinneka Tunggal Ika.”
― Toba Beta, My Ancestor Was an Ancient Astronaut

Demikianlah  Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar.

Anda mungkin juga menyukai :
Kata-kata mutiara tentang kehidupan
dan
Kata-kata mutiara lintang empat lawang

Tag: Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar, Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar, Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar, Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar, Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar, Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar, Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar, Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar, Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar,Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kata-Kata Tentang Indonesia dari Tulisan Orang-Orang Besar"

Post a Comment

Tolong berkomentar sesuai kata-kata mutiara di atas, jangan melakukan spam. Terima kasih..